Romansa cinta kedai kopi - Balada cinta muda

06.12


Hari masih teramat pagi, Di sudut perumahan nampak seorang tukang sayur mulai menggelar dagangannya. Kicauan burung love bird terdengar sayup silih berganti dengan kicau burung gereja yang bertengger di dahan pohon ceri. Betapa hidup dan cerianya pagi itu, namun tidak dengan karakter kita yang satu ini.

Duduk termenung di-sudut kamar, tak ada cahaya. Bahkan sinar matahari pagi tak mampu menembus jendela kamar yang memang pengap tersebut. Masih tergeletak diatas ubin kamar yang dingin sepucuk surat yang entah berapa kali dibaca lalu kemudian di remas.

"Kak Apay, rasanya aku telah menemukan Kekasih yang jauh lebih baik darimu.
Yang Tak Pernah Mengantuk dan Tak Pernah Tidur.
Yang siap terus menerus Memperhatikan dan Mengurusku.
Yang selalu bersedia berduaan di sepertiga terakhir malam.
Yang siap Memberi apapun yang kupinta.
Ia yang Bertahta, Berkuasa, dan Memiliki Segalanya.
Maaf Kak, tapi menurutku kau bukan apa-apa dibanding Dia.
Kau sangat lemah, kecil, dan kerdil di hadapanNya.
Walaupun kau begitu rupawan lagi tampan, Ia lebih indah dan bercahaya dari dirimu.
Ia berbuat apa saja sekehendakNya kepadamu.
Dan Kak, aku khawatir apa yang telah kita lakukan selama ini membuatNya cemburu.Aku takut, hubungan kita selama ini membuatNya murka.
Padahal Ia, Maha Kuat, Maha Gagah, Maha Perkasa, Maha Keras SiksaNya.
Kak Apay, belum terlambat untuk bertaubat.
Apa yang telah kita lakukan selama ini pasti akan ditanyakan olehNya.
Ia bisa marah, Apay.
Dari aku

Mawar

"SIAL!!!" Gerutu Apay. "Jika tau akan begini jadinya, tak mungkin ku izinkan dia masuk LDK (Lembaga Dakwah Kampus)". Dengan malas Apay mencoba berdiri setelah semalaman meratapi kisah cintanya yang kini berakhir dengan sepucuk surat. Kisah cinta yang sudah dia rajut selama dua tahun berakhir begitu saja. Dia masih tak habis pikir dan tidak faham mengapa mawar memutuskan dia, apa karena di tempat pengajian banyak laki-laki lain yang menurut dia lebih Soleh, atau apa ini hanya muslihat memutuskan secara halus. Sungguh keterlaluan. Bayangan kenangan hubungan dengan mawar terus menggelantungi pikiran Apay, sebelum kemudian akhirnya Apay larut dalam alam mimpi.

***

Setahun berlalu. Apay kini tidak lagi menjadi seseorang mahasiswa, walau sempat sedikit agak telat lulus namun Apay bisa lulus dengan nilai biasa-biasa saja. Sudah setahun ini Apay menjadi pengangguran dan bayang-bayang "mawar" sudah hilang terbawa udara kota karawang yang panas.

Keseharian pemuda pengangguran ini sekarang yaitu nongkrong di kedai kopi, bukan karena pecinta kopi apalagi aktivis kopi tapi karena Aci. Aci seorang perempuan cantik, bahkan mungkin diatas rata-rata. Wajah oval, dengan bibir yang tipis merah Maroon tanpa pewarna. Rambut hitam sebahu menggambarkan perempuan yang energik.




Awal perkenalan dengan Aci terjadi ketika salah satu teman mengajak ngopi di salah satu kedai kopi dan terjadilah pertemuan sebagaimana latar cerita romansa, mereka berkenalan dan obrolan singkat hari itu telah membius Apay untuk kembali jatuh hati. Apay jatuh cinta pada pandangan pertama "Love at first sight". Kini keseharian Apay tidak pernah lepas dari pengangguran dan kedai kopi.

Waktu terus berlalu, kedekatan Apay dengan Aci kian dekat. Bukan hanya di kedai kopi bahkan beberapa kali Aci dan Apay jalan disekitar mall, bahkan konon katanya pernah juga nonton film di Bioskop kesayangan. Seringkali teman-teman Apay ini menafsirkan hubungan mereka adalah hubungan sepasang kekasih. Hingga akhirnya pada suatu ketika Apay berkata pada kami bahwa selama ini dia hanyalah berteman dengan Aci. "Sebenarnya aku cinta, sayang sama dia. Tapi teramat sulit bibir ini berkata" keluh Apay pada kami. "Iya kamu jujur lah pak, kan tinggal bilang aja. Lagian kalian kan sudah begitu dekat" salah seorang teman menasihati Apay. Apay tertunduk, lemah tak berdaya "aku tak sanggup bilangnya euy" ucap Apay sambil menarik nafas dalam-dalam.

Cinta memang rumit, terkadang orang lain yang berperan sebagai penonton melihat hanya sesuatu yang sederhana. Namun bagi Apay seorang pecinta yang sudah terbius didalamnya. Kadang seringkali hal yang sederhana menurut orang lain menjadi teramat complicated bagi dia yang dibuai cinta. Teramat sulit walau itu hanya untuk berkata "Aku cinta padamu".

***

Sudah hampir seminggu puasa berlalu, umat muslim dan non-muslim turut merayakan dengan saling menghormati. Merupakan sebuah tradisi yang seringkali dilakukan dibulan ramadhan selain ngabuburit yaitu buka bersama, terutama dengan teman satu sekolah. Hari itu Apay ada acara buka bersama dengan teman alumni satu SMA. Berlokasi disebuah rumah makan dipusat kota, Apay datang sedikit terlambat dan melewatkan beberapa rangkaian acara. Tapi untungnya acara makan atau buka tidak terlewatkan. Menu buka puasa SOP buah dan beberapa kurma. Namun bukan itu yang membuat karakter kita ini nampak asik menikmati makanan, tapi kehadiran seorang gadis cantik berparas Melayu-minang yang menemani Apay buka puasa. Laila namanya, teman SMA bahkan sempat mereka berdua memadu cinta SMA selama dua tahun, semenjak Kelas 2 sampai kelas 3. Sebagaimana romantisisme SMA, hubungan Apay dan Laila diakhiri dengan acara kelulusan SMA. Semenjak itu hampir 4 tahun ini Apay dan Laila tidak pernah bertemu lagi.




"Pay kamu masih kenal gak gelang ini?" Laila Lalu memperlihatkan gelang yang tersembunyi dibalik lengan panjang bajunya. "Bukankah ini gelang yang aku kasih ke kamu waktu kita jadian dulu?" Jawab Apay, sambil terlihat kaget. Apay mencoba mengingat kenangan dulu ketika menyatakan cinta kepada Laila waktu SMA. Apay mengenal Laila ketika satu ekstrakurikuler di PASKIBRA. Laila merupakan bintang kelas, Gadis yang sudah manis tanpa pemanis buatan ini berkulit kuning langsat, wajah tirus dan beralis tebal lalu disempurnakan dengan rambut sebahu ciri khas anak PASKIBRA. Tak dinyana gelang yang terbuat dari benang wol yang dirajut Apay kala senggang tersebut mampu menjadi saksi luluhnya hati Laila, sehingga dua orang ini menjadi sepasang kekasih selama dua tahun selama di SMA.

"Aku masih menyimpan gelang ini kok, karena memang sampai saat ini aku masih menyimpan rasa tersebut pay" kata Laila sambil menatap dalam-dalam wajah apay yang kini sudah merunduk dan membisu.

Menjelang waktu Isya acara buka bersama selesai lalu kemudian para peserta yang hadir kembali pulang. Dengan mengendarai sepeda motor matic pinjaman teman Apay pulang dengan hati yang terguncang. Pikirannya melayang mengingat peristiwa pertemuan dengan Laila. tak disangka dan dinyana Laila kekasih SMAnya tersebut sampai detik ini masih menyimpan benih cinta kepadanya lebih dari 4 tahun hingga detik ini.

***

Suasana malam kota karawang malam itu begitu ramai, hiruk pikuk kendaraan hingga para pedagang kaki lima berjejeran disepanjang jalan Jendral Ahmad Yani. Dalam keadaan perasaan yang gundah itu Apay menepi di tempat parkir masjid raya Al-Jihad. Mungkin barangkali mencoba menenangkan hatinya dengan melaksanakan sembahyang shalat isya dan Tarawih.



Selesai sembahyang sunat tarawih para jamaah kembali melanjutkan aktifitas masing-masing. Apay seorang karakter dalam cerita ini tidak langsung pulang dia kemudian mencoba Tadarus sebagaimana sunah yang diajarkan dalam agama islam. Baru selesai membaca beberapa ayat pandangan mata Apay teralihkan oleh sepasang mata saphire yang berada di sudut mesjid tempat dimana para wanita melakukan sembahyang dan tadarus. Hingga akhirnya apay menyudahi tadarus dan kemudian beranjak meninggalkan area mesjid raya.

***

Seminggu berlalu setelah acara buka bersama itu, Apay kini tak pernah lagi nampak di kedai-kedai kopi tempat dimana dia menghabiskan waktu. Bahkan untuk Aci sang primadona kedai kopi apay tak lagi nampak menemani. beberapa hari ini apay disibukan dengan rutinitas barunya yaitu baca buku, salah seorang teman dekat apay yang merupakan kutu buku meminjamkan beberapa buku, entah suka atau bakat terpendam hingga akhirnya Apay terbius dengan bacaan-bacaan yang dia pinjam.

Hari begitu panas, terik matahari di bulan puasa merupakan cobaan yang paling menyiksa. Perut yang keroncongan, bau mulut ditambah panas matahari kota karawang yang hampir mencapai 40 derajat celcius ini sungguh menyiksa. Karakter kita saat ini sedang asik memilih buku di Gramedia Karawang, berbagai rak buku sudah dia selusuri, dari bagian buku sosial, filsafat, agama namun belum juga menemukan buku yang dia cari. "Tadi Kulihat di data komputer judulnya ada, tapi kenapa di rak buku tidak ada" gerutu Apay dalam hatinya.

Ketika hendak meninggalkan toko buku tersebut dia melihat seorang perempuan memakai burka sedang memegang buku "The Prophet" karya Kahlil Gibran. "Mbak apakah buku itu sudah mbak beli, kebetulan saya butuh buku itu" Tanya Apay kepada perempuan tersebut. Kemudian perempuan tersebut mengangkat kepalanya. "mata saphire" pikir Apay. "Kak Apay?" ini aku Mawar" ucap perempuan itu sambil membuka cadar yang menutup separuh wajahnya. Apay yang belum sempat tersadar akibat terbius mata saphire tersebut dikagetkan dengan nama yang sudah dia kubur dalam-dalam. "Mawar, Kamu Mawar Dwi Anggraeni?" Jawab Apay dengan terbata-bata. "Iya Kak, Kak Apay kemana saja. Lama tak jumpa" Jawab mawar sambil tersenyum.

***

Sore itu karakter kita ini sedang asik duduk di atas kursi di dalam gerbong kereta jurusan yogyakarta. Sambil mengingat kejadian dua hari yang lalu, ketika dia bertemu dengan mawar di toko buku Gramedia. Mawar Banyak bercerita tentang kehidupannya setelah wisuda dan atau lebih tepatnya setelah kejadian "surat" yang memang paska mawar mengirim surat tersebut, mereka berdua tak lagi berkomunikasi. Mawar masih aktif di kegiatan keagamaan, bahkan mawar juga seringkali mengisi ceramah-ceramah agama dikalangan muslimah. Hingga ingatan Apay sampai pada sebuah momen ketika Mawar mengatakan "Demi Allah. Jika Kak Apay Cinta Khitbahlah Aku"


Semburat matahari sore memancarkan cahaya kemerahannya, pematang sawah sepanjang jalur kereta turut memberikan suasana agung pada sore hari itu, langit cerah diwarnai sinar kemerahan lembayung sore. burung blekok sawah dan kuntul nampak beriringan turut serta menghiasi langit sore. Kereta Argo Dwipangga Jurusan Jogja terus melaju dengan cepatnya, secepat hari-hari berlalu.

"Kucintai kau dengan dua cinta
Cinta untuk diriku, dan cinta sebab Kau patut dicinta
Cinta untuk diriku ialah karena aku karam
Di dalam ingatan kepada-Mu semata, membuang yang lain
Cinta sebab Kau patut dicinta, karena Kau singkap
Penghalang sehingga aku dapat memandang-Mu
Segala pujian tidak perlu lagi bagiku
Sebab semua pujian untuk-Mu semata."

Itu adalah kutipan yang terdapat dalam buku yang dia baca "Cinta antara makhluk adalah fana, cinta antara makhluk dalah ketiadaan" gumam Apay sambil memeluk buku yang berjudul "JALAN MENUJU SUFI"



You Might Also Like

0 komentar