Pengembaraan ku dalam Lintasan Tak Dikenal

22.40


Setelah berkelana dalam labirin pikiran dan pergulatan batin, kuhadapi "ketakutan" yang seperti bayang-bayang sering menyelinap dalam relung pikiranku. Setiap kali keinginan untuk mengembara ke pelosok negeri melintas, rasa takut itu selalu datang menyergap. Nama saya... ah, tak perlu kalian mengetahuinya. Namun, untuk memudahkan, sebut saja saya Tan. Usia hampir menginjak tiga dekade dan masih lajang. Mengembara ke daerah-daerah terpencil dan berbaur dengan masyarakat setempat adalah hobi yang selalu kutekuni setiap kali liburan tiba. Kegiatan ini telah kujalani sejak usia 20-an. Waktu itu, daerah pertama yang kunjungi adalah kawasan Gunung Gede, yang berada di antara Bogor, Cianjur, dan Sukabumi. Tapi, kali ini, bukan cerita pengembaraan di Gunung Gede yang ingin kubagikan. Melainkan, perjalanan ke barat yang sedang kujalani. Saat tulisan ini kubuat, aku sedang berada di sebuah kantor LSM di Pancoran, Jakarta.

Pengembaraan Kebarat

Di pengujung Januari, Karawang masih juga membara, terik mentari seolah mengejek wajah-wajah yang mengharapkan datangnya hujan. Padahal, setahu ku, Januari seharusnya adalah musim hujan atau yang biasa disebut "mijih". Sore ini, aku berencana pulang ke kampung halaman, sekaligus mempersiapkan perjalanan ke barat. Tujuanku adalah Lampung, Banten, dan Sukabumi, di mana terdapat komunitas pedalaman yang ingin kutemui.

Setelah menyelesaikan sejumlah pekerjaan yang menumpuk, menjelang senja aku memulai perjalanan pulang menuju kampung halaman. Setelah menjalani perjalanan sekitar tiga jam, akhirnya minibus yang kutumpangi berhenti di simpang tiga. Di sana aku turun, sambil menanti tiba jemputan dari seorang kawan, aku memutuskan untuk memesan semangkuk mie ayam Mang Gudel, warung langganan yang selalu kunjungi setiap kali aku pulang. Sambil menikmati mie ayam hangat, aku dan Mang Gudel saling berbagi cerita. Mang Gudel dengan lantang bercerita tentang pahitnya kehidupan yang dia alami. Tak lama, jemputan yang kutunggu akhirnya datang. Aku pun berpamitan dengan Mang Gudel dan kisah hidupnya yang penuh kepahitan. Perjalanan panjangku baru saja dimulai, dan aku siap menyelami kehidupan-kehidupan yang belum pernah kutatap sebelumnya.

You Might Also Like

0 komentar