Suara bising itu terdengar dari salah satu sudut di pantai cibendo, samar diantara bising suara dangdut koplo pantura terdengar suara cekikian perempuan yang terdengar manja. Saya segera menghampiri warung tersebut untuk sekedar berteduh dan mengisi perut yang dari tadi pagi belum sempat sarapan.

Saya lantas disapa yang sepertinya adalah pemilik warung tersebut, berumur sekitar 50 atau 60 tahun sedikit tambun dan senyumnya yang memperlihatkan warna merah sirih yang dia kunyah. Ada hal yang menarik dari warung yang baru aku singgahi ini. Senyum manis dan kedipan manja dari tiga orang perempuan muda yang ada di sudut warung tersebut. Entah dia anak si empunya warung ataupun bukan, yang pasti kehadiran mereka memberi suasana lain di warung ini. Apalagi ketiganya masih sangat remaja, sekira 17 atau 20 tahun dengan fashion yang cenderung memaksa.

Tak banyak menu pilihan di warung tersebut, selain ikan bakar atau etong saya lebih memilih keredok dan sepiring nasi untuk mengisi perut siang ini. sembari menghisap rokok seusai makan, saya larut dalam obrolan dengan perempuan-perempuan muda yang sedari tadi ada di sudut warung ini.

Debur ombak di pantai utara memang tidak sebesar debur ombak di pantai selatan, namun semilir angin serta sayup-sayup suara debur ombak menjadi birama yang sangat indah. Setelah dari tadi terlibat perbincangan dari orang-orang penghuni warung tersebut serta beberapa jepret photo bersama perempuan muda disudut warung itu kemudian saya melanjutkan perjalanan ke arah timur pantai cibendo ini, yaitu arah dimana dentuman suara musik yang lebih keras terdengar.